The Hardest Thing To Do Is Being Next To Someone You Know You Can't Have - Vigos

Jumat, 17 Januari 2014

Koperasi di Dunia dan Analisis Perkoperasian di Indonesia



Koperasi di Dunia dan Analisis Perkoperasian di Indonesia

Amerika Serikat
Koperasi SUNKIST
Sunkist dibentuk oleh sekelompok petani jeruk pada tahun 1893 yang menyadari manfaat koperasi bagi pemasaran hasil jeruk mereka Pada saat itu pengelolaan industri jeruk terkotak-kotak, distribusi yang acak-acakan, agen yang curang, dan harga yang tidak menentu sehingga mengancam kehidupan para petani jeruk. Dalam situasi seperti ini koperasi merupakan jawaban yang tepat. Pada saat pendiriannya masih bernama Southern California Fruit Exchange, kemudian menjadi California Fruit Growers Exchange. Baru pada tahun 1907 menggunakan nama Sunkist, dan pada tahun 1908 secara resmi nama Sunkist menjadi ”trade mark” (cap dagang) bagi produk jeruk yang berkwalitas prima yang dipasarkan. Pada tahun 1952 dengan resmi koperasi pemasaran jeruk ini menggunakan nama Sunkist Growers Inc, yang kemudian menjadi “cap dagang” yang terkenal di seluruh dunia.

India
Koperasi Susu AMUL
Kondisi para petani/peternak kerbau perah India yang rata-rata miskin, yang hasil susunya jadi objek pemerasan para tengkulak telah menggerakkan para nasionalis India untuk mendorong para peternak akan dapat memasarkan sendiri produk susunya melalui koperasi, sehingga terbentuklah AMUL pada tahun 1946.
    Berkat kordinasi yang kuat dan jelas antar tingkat organisasi koperasi: tingkat federasi menangani pemasaran pada tingkat nasional dan internasional dan mengkordinasi para pengecer dan pedagang, tingkat distrik/union (sekunder) terlibat dengan prosessing/pengelolaan produk, menyediakan makanan ternak, menyediakan dokter hewan dan menyelenggarakan pendidikan/pelatihan, sedangkan organisasi primer mengumpulkan/membeli susu dari petani/peternak untuk disetorkan/dijual kepada koperasi distrik/union dengan harga layak.
   Dengan manajemen yang professional dan dibantu para teknorat, maka ”merk dagang” AMUL melalui GCMMF (Gujarat Cooperative Milk Marketing Federation) saat ini menjadi perusahaan pengolah makanan/minuman dan susu terbesar di India. Berkat prestasinya ini AMUL mendapatpenghargaan dari dalam negeri maupun luar negeri.
     AMUL adalah “merk dagang” (brand name) dari produk-produk makanan/minuman dari susu yang dipasarkan oleh Gujarat Cooperative Milk Marketing Federation Limited (GCMMF), yang juga merupakan induk koperasi susu (apex) di negara bagian Gujarat.
    Meskipun hanya sebagai “merk dagang”, yang mencakup produk semua tingkat koperasi susu, dalam kenyataannya nama AMUL jauh lebih dikenal, baik pada tingkat nasional maupun internasional sebagai koperasi/perusahaan yang mengolah dan memasarkan produk-produk susu di India maupun keberbagai negara, ketimbang GCMMF. AMUL selain merupakan akronim dari Anand Milk Union Limited, juga berasal dari bahasa Sanskrit (India kuno) AMOOLYA yang berarti “tidak ternilai” (priceless).


Korea NACF
          Koperasi Pertanian
Pembangunan koperasi pertanian di Korea Selatan, benar-benar dimulai dari atas (top down approach) melalui pembentukan NACF (National Agricultural Cooperative Federation - 1961) oleh pemerintah militer sebagai koperasi pertanian tingkat nasional, yang kemudian baru dibentuk koperasi-koperasi pertanian tingkat primer. Pembentukan koperasi pertanian ini oleh pemerintah dipergunakan sebagai sarana pembangunan ekonomi di pedesaan.
Seiring dengan perubahan iklim totaliter ke iklim demokrasi (1987), maka struktur organisasi koperasi pertanian Korea yang sejak awal pendiriannya dikendalikan oleh pemerintah (termasuk Ketua NACF yang ditunjuk oleh Presiden Korea Selatan) berubah menjadi organisasi ekonomi yang demokratis, yang kepengurusan maupun kebijakan organisasi dan usahanya ditentukan dari bawah. Meskipun demikian pemerintah tetap memberikan dukungan kepada koperasi pertanian, antara lain dalam bentuk keringanan pajak.
Dalam kondisi organisasi yang demokratis serta mendapat dukungan pemerintah seperti diatas, maka koperasi pertanian Korea Selatan yang sejak awal hingga saat ini tetap setia sebagai koperasi pertanian dapat mengembangkan usaha pelayanan dalam berbagai bidang: produksi, pemasaran, distribusi serta jasa keuangan (perbankan dan asuransi), tanpa melupakan faktor pendukungnya berupa diklat dan media masa. Kegiatan NACF dengan tetap berfokus pada pelayanan kepada anggota, bukan saja berkembang pada tingkat nasional, tapi juga meluas ke tingkat internasional.
Meskipun koperasi di kalangan para petani Korea sudah dikenal pada awal abad 20, tetapi koperasi pertanian seperti yang kita kenal pada saat ini, baru dimulai pada 1961, yaitu saat pembentukan NACF yang merupakan gabungan antara koperasi-koperasi pertanian yang telah dibentuk oleh para petani sendiri dengan Bank Pertanian. Pembentukan NACF ini dilakukan oleh pemerintahan militer sebagai sarana pembangunan ekonomi di pedesaan.

Selandia Baru/New Zealand

Koperasi Susu FONTERRA

Mengembangkan tradisi persusuan yang sudah dimulai sejak abad 19, Fonterra yang
secara resmi baru terbentuk pada tahun 2001 sebagai perusahaan gabungan dari
koperasi-koperasi susu terbesar di Selandia Baru, kemudian menjadi salah satu perusahaan
susu terbesar di dunia yang berbentuk koperasi. Fonterra adalah koperasi susu yang berbasis di Selandia Baru, tetapi kegiatan usahanya
merupakan perusahaan multinasional yang produk-produknya dipasarkan di lebih 140 negara.
Sebagai perusahaan susu, Fonterra termasuk 10 besar di dunia, yang menguasai sepertiga
perdagangan produk susu internasional. Sedangkan sebagai koperasi yang dimiliki oleh lebih
dari 11.000 peternak sapi perah di Selandia Baru sebagai anggota, yang memasok susu
kepada koperasi untuk diproses, pada gilirannya juga menerima sebagaian dari keuntungan
dari koperasi.



Analisis Perkoperasian di Indonesia
Koperasi dapat disebut sebagai gambaran pondasi dasar ekonomi bangsa Indonesia karena mempunyai dasar azas kekeluargaan , akan tetapi kondisi saat ini tidak mudah menjalankan kegiatan perkoperasian di Indonesia hal ini tidak dipungkiri karena banyaknya jumlah penduduk kita yang banyak daripada tahun 1950 sampai tahun 1980 yang pada tahun - tahun itu koperasi di Indonesia sedang tumbuh .
Permasalahan yang dihadapi koperasi pun beragam pada era globalisasi ini dari masalah internal koperasi atau masalah eksternal koperasi,dan bukan hanya itu saja masalah yang dihadapi perkoperasian di Indonesia, masalah permodalan koperasi, dan masalah Re-generasi dalam pengurusan koperasi tersebut.
Dan dapat dijabarkan masalah masalah koperasi secara umum adalah :
1.      Koperasi jarang peminatnya
2.      Sulitnya koperasi berkembang
3.      Masalah permodalan
4.      Masalah Internal dengan contoh sistem kerja, Re-generasi organisasi, system pengawasan kerja koperasi dan Dll
Karena masalah koperasi sangat luas dan sangat komplek maka diperlukan sebuah ide /pemecahan masalah yang dapat membantu koperasi untuk berkembang, dan apabila tidak segera diatasi maka akan sulit bagi kita untuk menyelesaikan masalah tersebut pada masa mendatang karena masalah dapat berlarut – larut dan dapat berdampak sangat negatif bagi koperasi tersebut.
Perlunya analisis masalah dapat membuka langkah – langkah untuk segera menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan terstuktur dengan baik dan dapat langsung menyelesaikan inti dari masalah itu dengan solusi – solusi yang dapat diterima oleh semua pengurus maupun anggota koperasi tersebut.
Analisis dari masalah – masalah  koperasi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Koperasi kurang peminat bisa dikarenakan  kalah bersaing dengan lembaga – lembaga yang bergerak dibidang pemberian modal , lembaga pemberian kredit atau lembaga penyimapanan dana contohnya perbankan.
2.      Sulitnya koperasi berkembang bisa dikarenaka adanya faktor internal dan eksternal yang kurang mendukung kinerja koperasi dan memungkinkan koperasi sulit berkembang pula.
3.      Masalah permodalan bisa dikarenakan  kurang kepercayaan anggota terhadap kepengurusan koperasi yang bedampak pada proses kegiatan simpan – pinjam para anggota, padahal itu adalah sumber dana pokok bagi perkoperasian untuk mengembangkan usaha – usahanya untuk mencari tambahan keuntungan atau hasil usaha.
4.      Masalah Internal dengan contoh sistem kerja, Re-generasi organisasi, system pengawasan kerja koperasi dan Dll bisa dikarenakan system kerja yang salah penerapannya ,lambatnya re-generasi pengurus  dari yang tua ke yang muda dengan kriteria bewawasan luas, intelektual tinggi .
Dari masalah dan analisis – analisis diatas maka kita dapat mencari solusi yang tepat, contohnya sebagai berikut :
Ø  Karena koperasi kekurangan peminat yang timbul karena lembaga – lembaga keuangan, menurut saya dapat diatasi dengan member inovasi – inovasi yang dapat menarik minat orang banyak untuk bergabung menjadi anggota, contohnya dengan mengadakan kegiatan yang sifatnya memberi peluang usaha bagi anggota dan menambah skill bagi anggota yang bermanfaat untuk menghasilkan pendapatan bagi mereka misal membuka traning pembelajaran ,kursus menjahit, bercocok tanam tanaman budidaya, cara budidaya tambak ikan , keterampilan mesin otomotif & kerajinan tangan berupa  souvernir yang laku dijual dan menghasilkan pendapatan.
Ø  Koperasi sulit berkembang solusi tepat untuk masalah itu dapat berupa memperbaiki system kerja para pengurus dan anggota serta melakukan gerakan promosi koperasi di lingkungan sekitar untuk mendukung langkah – langkah yang direncanakan ,setelah itu kita mencari peluang peluang untuk mengembangkan koperasi dengan cara membuat proposal rencana usaha untuk permintaan bantuan kepada pemerintah setempat agar rencana – rencana itu didukung baik secara fisik maupun secara materi.
Ø  Solusi untuk masalah permodalan sangat berhubungan dengan point masalah kedua, mungkin dapat diatasi dengan melakukan joint veture atau merge dengan perusahaan yang sama bidang usahanya ,ataupun dengan sumber daya manusia yang dimaksud adalah pengurus koperasi biasanya mereka – mereka yang merupakan tokoh masyarakat sehingga dapat dikatakan rangkap jabatan, tetapi dapat berdampak juga bagi kelangsungan koperasi karena kondisi seperti inilah yang menyebabkan ketidak fokusan terhadap pengelolaan koperasi itu sendiri, dengan contoh walaupun diadakan rapat anggota untuk menyelesaikan masalah tetapi karena seseorang mempunyai kuasa pasti menimbulkan rasa sungkan bagi yang lain untuk mengutarakan idenya padahal idenya mungkin lebih bagus daripada seseorang yang punya memberi modal tersebut.
Selain rangkap jabatan biasanya pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas. Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar mereka dadat berpartisipasi dalam koperasi. Partisipasi merupakan faktor yang penting dalam mendukung perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.


Untuk mendukung proses berkelanjutan koperasi perlu re-generasi  dari  pengurus yang tua ke pengurus yang lebih muda dengan cepat dan sebelumnya pengurus muda harus dibekali pengetahuan yang luas untuk mengatasi masalah – masalah yang biasa timbul,  biasanya diberikan oleh seniornya yang sudah mempunyai pengalaman banyak, paragraf ini sudah menjawab poin analisis masalah ke 4.
Itulah sekilas masalah yang dihadapi koperasi di Indonesia dan solusi untuk menemukan jalan keluar untuk masalah tersebut.

Analysis of Cooperatives in Indonesia

Cooperatives may be cited as an illustration of the basic foundations of the economy of Indonesia because it has the basic principle of kinship , but the current state is not easy to run a cooperative activity in Indonesia this is no doubt due to the large number of our population that is more than 1950 to the year 1980 - the year The cooperatives in Indonesia is growing .
The problem faced by the cooperative were varied in this globalization era of cooperative internal problems or external problems of cooperatives , and not only that the problems facing cooperatives in Indonesia , the problem of capital cooperatives , and Re - generation problems in the management of the cooperative .
And the problem can be described in general cooperative problem are :
1 . Cooperative rarely demand
2 . The difficulty of developing cooperative
3 . problem of capital
4 . Internal problem with the working system example , Re - generation organization , system monitoring and cooperative working Etc.
Since the problem is very broad and very cooperative complex will require an idea / problem solving that can help cooperatives to thrive , and if not addressed it will be difficult for us to resolve the issue in the future because of the problem can be drawn - and can be very negative impact for the cooperative .
The need for analysis of the problem can unlock steps - steps to resolve the problems faced by a well structured and can directly resolve the core of the problem with a solution - a solution that is acceptable to all the officials and members of the cooperative.
Analysis of the problem - the problem of cooperative above can be summarized as follows :
1 . Less cooperative because applicants can not compete with institutions - institutions engaged in the provision of capital , lending institutions or banking institutions for example penyimapanan funds .
2 . The difficulty of developing cooperative could dikarenaka presence of internal and external factors that are less supportive and cooperative performance allows cooperatives to thrive anyway .
3 . The problem could be due to lack of trust capital to the members of the cooperative stewardship bedampak on the activities of savings - borrow the members , but it is the principal source of funding for the cooperative to develop the business - his efforts to seek additional profits or results of operations .
4 . Internal problem with the working system example , Re - generation organization , system monitoring and Etc. cooperative work could be due to incorrect application system work , the slow re - steward of the old generation to the young with bewawasan broad criteria , high intellectual .
Of the problem and analysis - the analysis above, we can find the right solution , for example as follows :
Ø Due to shortage of enthusiasts cooperatives arising from institutions - financial institutions , I think can be addressed by members of innovation - innovation that can attract many people to become members , for example by organizing activities that provide business opportunities for its members and for members who add skill useful to generate revenue for their traning eg open learning , sewing , planting crops , aquaculture fish way , the skills of automotive engines & crafts such souvenir is sold and generate income .
Ø Cooperative difficult to develop the right solution to fix the problem it may be a work system administrators and members as well as the promotion of the cooperative movement in the environment to support the measures - measures planned , after that we seek opportunities to develop cooperative opportunities with how to create a business plan for the proposal request assistance to local governments in order to plan - the plan was supported both physically and materially .
Ø The solution to the problem of capital is closely related to the second point the problem , may be resolved by a joint veture or merge with the same company 's line of business , or the human resources in question are usually cooperative management of them - they are a public figure so that it can be said duplicate positions , but can also affect the viability of cooperatives as conditions like these that cause lack of co-operative management fokusan against itself, although with the example of the meeting of members was held to resolve the problem but because someone has the power definitely creates a feeling embarrassed for others to express his ideas when possible better than someone who has given the capital .
In addition to double post usually cooperative management are elderly so that its capacity is limited . There needs to be briefed about the cooperative to young people through education so that they dadat participating in the cooperative . Participation is an important factor in supporting the development of cooperatives . Participation will enhance the sense of responsibility so that they can work efficiently and effectively .